Balige Writers Festival, adalah festival penulis pertama di Sumatera
Utara. BWF merupakan wahana pertemuan
bagi para penulis fiksi maupun nonfiksi, pembaca, para pekerja kreatif,
pehikmat budaya, pehikmat religi lintas iman. BWF merayakan buku-buku sebagai simbol
pengetahuan dan kebijaksanaan. Tiap tahun BWF berupaya menyajikan tema dari
kekayaan nilai-nilai lokal masa lalu, dan relevan dengan masa kini, untuk merangsang
para hadirin mengenal kekhasan berbagai pemikiran sastra Nusantara terutama
Batak Toba. BWF bertujuan salah satunya meningkatkan pembacaan atas wilayah
Toba. Tahun 2025 adalah festival yang ketiga kali.
Kota Balige. Adalah ibu kota kabupaten Toba yang diresmikan pada 9 Maret 1999.
Kabupaten Toba memiliki 16 Kecamatan, 13 kelurahan, dan 231 desa. Penduduk
Balige berjumlah sekitar 250 ribu orang.
Kenapa Balige? Balige adalah kota kecil yang indah. Ia memiliki warisan sejarah
yang rimbun. Setelah Perang Batak (1878-1907), Belanda menjadikan Balige
sebagai Onderafdeling (kawedanan
dipimpin wedana orang Belanda yang disebut Kontroleur) Toba, di bawah Afdeling (kabupaten) Bataklander.
Secara geopolitik dan geoekonomi, Belanda memandang kota ini sangat strategis untuk dijadikan
markas untuk memobilisasi militer dan logistik ke seluruh Tano Batak. Jahun 1920 sudah dibangun jalan raya di Balige.
Jalan ini menghubungkan pantai timur dan barat Sumatera bagian utara. Belanda mendirikan Hollandsch-Inlandsche
School (HIS) –setara sekolah dasar di Balige. Zendeling
RMG – badan misionaris Jerman – mendirikan rumah sakit, sekolah perawat, gereja
HKBP, dan sekolah tinggi Bible Vrouw di Laguboti-Balige. Onan Raja di dataran tanah tinggi, direlokasi ke lokasi balerong
sekarang. Balerong
terdiri dari enam bangunan gorga yang dikerjakan enam seniman terkemuka tahun
1930-an. Kelak balerong menjadi ikon kota. Bank partikelir berdiri di Balige
sebagai respons kegiatan industri tenun
yang massif, tahun 40-an. Industri ini mengantar Balige menjadi pusat tekstil kedua terbesar di Indonesia, setelah Majalaya.
Tahun 50-an sudah ada dua bioskop dan klub sepakbola di Balige. Balige memiliki situs mual Palakka Gading
di Dolok Tolong, mual jabi-jabi di kawasan monumen DI Panjaitan, liang sipege di desa Simarmar
Pea Talun Hutagaol, makam Nommensen
di Sigumpar, dan masih
banyak lagi. Tahun 2000-an,
Museum Batak berdiri menjadi kebanggaan bagi peradaban kota. Di dalamnya pengunjung dapat membaca ulang
kekayaan enam puak Batak dalam bentuk arsitektur, kain, senjata, peralatan
rumah tangga, ekspresi tari, dan yang lain.
Empat tahun terakhir Balige mengalami banyak pembangunan. Jalan
bypass diresmikan pada 2 Februari 2022 untuk menghubungkan Silangit dan
Parapat. Ratusan homestay, kedai, hotel besar-kecil dibangun. UMKM didorong
untuk berkreasi dan berproduksi. Pembangunan diserukan lebih banyak untuk
mendatangkan wisatawan ke Toba.
Ruang-ruang ekspresi, kelompok-kelompok membaca ingin juga kita
dorong agar tumbuh bersama masyarakatnya, agar pembangunan fisik selaras
pembangunan batin warga. Ruang-ruang yang akan melahirkan komunitas berpikir
yang membaca dan menulis. Komunitas yang paham pentingnya melestarikan kekayaan
masa lalu menjadi semacam pertahanan agar genius lokal tak tergerus kecanggihan
teknologi yang berkembang sangat cepat.
Sekilas BWF 2023 & BWF 2024
- Waktu & Tempat. BWF dilaksanakan setiap bulan Juli. BWF 2023 diadakan di Museum TB Silalahi, Damar Toba, Tepi Bistro, Plaza Mulia Raja. BWF 2024 di Taman Gurgur Tampahan dan di sekolah SMP Tampahan.
- Tema. BWF 2023 bertema Mulak Tu Bona dalam bahasa Batak atau Kembali ke Akar dalam bahasa Indonesia, sebuah upaya mengenal kembali identitas diri. BWF 2024 bertema Paune dalam bahasa Batak, atau semangat membenahi diri, memperbaiki dalam bahasa Indonesa.
- Narasumber. BWF menghadirkan narasumber yang adalah penulis, penyair, sejarawan, akademisi, professional, pegiat budaya. BWF 2023 menghadirkan 8 narasumber di antaranya Saut Situmorang, Budi Hutasuhut, Raudal Tanjung Banua, Dr Martha Pardede, Dian Purba, dll. BWF 2024 menghadirkan 7 narasumber di antaranya JJ Rizal, Thompson Hs, Dr Murti Bunanta, dan yang lain.
- Emerging Writer. Setiap tahun BWF memberi kesempatan 10 orang penulis pemula untuk hadir di Balige. Mereka berdomisili di Pulau Sumatera atau luar Pulau Sumatera.
- Kurator: Mengusulkan dan memilih penulis pembicara dan emerging writers ke Balige.
- Mitra: BWF dalam penyelenggaraannya bemitra dengan Pemerintah Kabupaten Toba, lembaga pendidikan, perusahaan, komunitas, dan pribadi.
Program
BWF menyajikan beragam program seperti Diskusi Panel, Peluncuran dan
Diskusi Buku, Bincang-bincang Penulis, Pembacaan Larya, Kelas Kreatif, Program
Khusus Sastra Batak, Pameran dan Bazar Buku, Jelajah Kota Balige, Icip-Icip
Kuliner Toba, Sastra Masuk Sekolah, dan yang lain.