Kata Pengantar
Balige Writers Festival 2025
Tanah Sumatra Utara telah terbukti memberikan kontribusi besar dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia. Mulai dari Amir Hamzah, Sutan Takdir Alisjahbana, Chairil Anwar, sampai Sitor Situmorang adalah para sastrawan besar Indonesia yang lahir dari wilayah ini. Dengan karya-karya monumentalnya, para sastrawan tersebut telah menancapkan tonggak penting yang turut membentuk dunia sastra kita hari ini.
Munculnya nama-nama besar dari Sumatra Utara tentu bukan tanpa sebab. Pada masa itu, daerah Sumatra bagian tengah (termasuk wilayah Sumatra Utara hari ini) adalah salah satu lokus penting di Nusantara yang memiliki ekosistem sastra yang kuat. Ada banyak sekolah, percetakan, penerbitan, dan instrumen lain yang memungkinkan lahirnyapara intelektual dan sastrawan hebat di masa lalu. Bahkan, pemerintah kolonial Hindia Belanda pernah melakukan pendataan yang memperlihatkan bahwa masyarakat di wilayah ini pernah memiliki tingkat literasi tertinggi di Nusantara.
Petikan sejarah tersebut memperlihatkan bahwa lahirnya sastrawan dengan karya unggul dimungkinkan karena sokongan ekosistem sastra. Apabila kita ingin memajukan sastra di sebuah wilayah, hal pertama yang perlu kita dorong adalah ketersediaan instrumen-instrumen pendukung. Misalnya, kita perlu komunitas yang menjadi ruang regenerasi para sastrawan, penerbitan yang berkualitas dan beragam, toko buku dan perpustakaan yang memberi akses luas bagi masyarakat terhadap sastra, festival sastra yang mempertemukan para stakeholder, dan berbagai instrumen lainnya.
Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan menginisiasi program Penguatan Ekosistem Sastra. Program ini adalah suatu upaya komprehensif dan berkelanjutan untuk mendorong tumbuhnya ekosistem sastra yang kuat dari hulu ke hilir, dari proses kreasi, produksi, diseminasi, apresiasi, konsumsi, sampai internasionalisasi.
Salah satu sub-program yang diusung Kementerian Kebudayaan adalah Penguatan Festival Sastra, yang telah dimulai dari Konsorsium Festival Sastra Nasional pada 28-30 Mei 2025 lalu di Makassar. Melalui program ini, Kementerian Kebudayaan ingin memperkuat tata kelola dan pelaksanaan festival sastra di berbagai wilayah Indonesia. Sehingga setiap festival yang ada bisa terus hadir dan tumbuh
sesuai karakteristik dan perannya masing-masing secara lebih berkelanjutan. Selain itu, program ini juga terus mendorong agar terjalinnya praktik kolaborasi yang erat antar festival sastra.
Kementerian Kebudayaan juga menghadirkan program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Seni Budaya, sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas dan karier para talenta seni budaya Indonesia, termasuk sektor sastra. Dengan hadirnya Program MTN, diharapkan para talenta sastra bisa memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh rekognisi di tingkat nasional dan internasional, memiliki kesempatan yang luas untuk mendorong tumbuhnya ekonomi berbasis budaya.
Kedua inisiatif inilah yang dikolaborasikan Kementerian Kebudayaan dengan Balige Writers Festival (BWF) 2025. Sebagai festival sastra pertama yang hadir di Sumatra Utara, BWF telah menjadi salah satu festival yang mampu memberikan dampak besar pada ekosistem sastra di sekitarnya. Selama tiga tahun terakhir, BWF terus berupaya melahirkan sastrawan muda dari berbagai daerah sekitar melalui program Emerging Writers BWF. Pada tahun 2025 ini, para peserta kegiatan berasal dari Takengon, Medan, Padangsidimpuan, Pematangsiantar, Pekanbaru, Pariaman, sampai Surabaya.
Balige Writers Festival juga tidak lupa memberikan penghargaan bagi para sastrawan legendaris dari tanah Batak. Setelah memberikan penghargaan kepada Bokor Hutasuhut dan Sitor Situmorang pada tahun-tahun sebelumnya, kali ini BWF memberikan penghargaan kepada Suhunan Situmorang yang telah berhasil menggambarkan karakter dan konflik etnis Batak secara luwes melalui novelnya berjudul Sordam (2005).
Dukungan Kementerian Kebudayaan melalui program Penguatan Festival Sastra dan Manajemen Talenta Nasional diharapkan mampu memperkuat peran dan fungsi Balige Writers Festival 2025 dalam membangun ekosistem sastra nasional. Dengan kolaborasi erat antara Kementerian Kebudayaan dengan BWF dan berbagai festival sastra lainnya, kita menjadi lebih optimis sastra bisa menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia, sastra bisa menjadi medium untuk memperkuat jati diri bangsa.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia
Dr. Fadli Zon, M.Sc