Akademi Sastra Toba di bawah Yayasan Gracia Toba Raya dengan sukacita mengumumkan Balige Writers Festival akan diselenggarakan pada tanggal 26-29 Oktober 2023 di Kota Balige. Ini adalah festival penulis pertama di Kabupaten Toba.
BWF 2023 mengusung tema Mulak Tu Bona, Kembali ke Akar. Sebuah makna filosofis manusia untuk selalu sadar, tidak melupakan dari mana ia berasal. Akar, mewakili keadaan manusia, lingkungan, kampung, kebiasaan, bahasa, makanan, tanah, bangsa. Frasa ini menjadi relevan pada situasi hari-hari ini yang berubah sangat cepat. Bahwa tidak ada cerita masa depan tanpa cerita masa lalu. Mereka yang tidak mengenal identitas dirinya akan tenggelam dalam lautan kebingungan. Sebaliknya mereka yang berakar kuat akan bertahan dalam sejarah
Dalam kegiatannya, BWF 2023 menghadirkan panel diskusi, lokakarya, peluncuran dan diskusi buku, panggung pembacaan karya, bazar buku dan kuliner, menelusuri sejarah kota Balige di masa dengan berjalan kaki dan bersepeda di sepanjang tepi Danau Toba, dari Lumban Silintong sampai Lumban Bulbul
Panitia merancang tiga program khusus. Pertama, Tribute To Bokor Hutasuhut, sastrawan Indonesia asal Balige, sohor dengan novel Penakluk Ujung Dunia yang kental budaya dan tradisi Batak di masa lalu. Dan Budi Hutasuhut, penulis asal Padangsidempuan, akan memperkenalkan karya dan kehidupannya kepada pemirsa Festival.
Kedua, Lomba Puisi bagi Siswa SMP dan SMA di Balige, dengan harapan orang muda Balige berani untuk berekspresi tentang kota tempat tinggal mereka. Ketiga, Pengarsipan Kota Balige. Program yang memberi kesempatan bagi siapa saja yang pernah tinggal di Balige untuk menuliskan ingatan mereka tentang kota.
Melalui kurasi Dewan Kurator yang terdiri dari Saut Situmorang, Nestor Rico Tambun, Tansiswo Siagian, Eka Dalanta, Panitia menghadirkan 15 penulis emerging (penulis pemula berbakat) ke Balige. Empat orang dari Padang Sumatera Barat, yaitu Alizar Tanjung (Puisi), Hasbunallah Haris (Prosa), Johan Arda (Prosa), Ubai Dillah Al Anshori (Puisi). Lima dari Riau yaitu Andreas Mazland (Puisi), Muhammad Asqalani (Puisi), Pusvi Defi (Riau), Riska Widiana (Prosa), Windi Syahrian (Prosa). Lima dari Medan, yaitu Marina Novianti (Prosa), Muhammad Nurfasya Siregar, Titan Sadewo, Martin Y Sianipar (puisi) asal Pematangsiantar, dan Christiaan asal Balige. Dan dari Padangsidempuan seorang Nasaktion Efry.
Puisi hasil Lomba Puisi dan hasil tulisan Pengarsipan Kota Balige serta karya dari masing-masing penulis emerging dikompilasi dan diterbitkan ke dalam satu buku yang diberi judul, Balige.
Panitia juga menghadirkan pembicara yang adalah penulis dan akademisi yang telah menyumbang pikiran bagi perkembangan sastra Indonesia melalui karya mereka. Mereka adalah Hanna Rambe –pengarang novel berlatar rempah dan lingkungan, Idris Pasaribu -novelis dan jurnalis senior dari Medan, Martha Pardede – doktor linguis dari Universitas Sumatera Utara, Magdalena Sitorus – Komisioner Komnas Perempuan dan salah satu Dewan Pengawas Perkumpulan Penulis Alinea, Raudal Tanjung Banua -penulis asal Yogyakarta yang akan membahas tentang kontribusi pengarang Sumatera Utara bagi perkembangan sastra Indonesia
Venue perhelatan ada di empat tempat indah. Pada 26 Oktober 2023 bertempat di Tepi Danau Bistro, resto indah menghadap Danau Toba menjadi saksi perjumpaan para penulis senior dan penulis emerging. Pada 27 Oktober seluruh kegiatan akan berpusat di Museum TB Silalahi Center yang menjadi kebanggaan Kota Balige dalam dua puluh tahun terakhir.
Festival akan dibuka oleh Bupati Pemkab Toba, dilanjutkan Orasi Delima Silalahi, penerima penghargaan The Goldman Environmental Prize 2023. Dalam merespons tema festival, Delima menulis tulisan yang bertajuk Mulak Tu Bona: “Kembali ke Akar”Menjawab Problem Multidimensi di Tano Batak. Delima berkata, akar melekat dengan tanah. Marga yang menjadi identitas masyarakat Batak tidak dapat dipisahkan dari tanah di mana akarnya berada. Tano do marga, marga do tano (tanah adalah marga, marga adalah tanah) menjadi filosofi masyarakat Batak yang mengingatkan bahwa tiap marga Batak melekat dengan tanah dari mana dia berasal. Kita memiliki huta atau kampung tempat akar kita berada
Selepas itu tamu undangan diajak mencicipi jajanan khas Toba seperti itak gurgur -beras tumbuk mentah segar dicampur gula aren dan kelapa muda kemudian dibentuk dengan cetakan tan, hare -bubur rempah khas Toba, sendor -minuman khas warga Toba dan yang lain.
Setelah itu diskusi membincang tema Mulak Tu Bona yang akan dipandu moderator Dian Purba dari IAKN Tarutung, dengan narasumber Nestor Rico Tambun, Delima Silalahi dan Christiaan, penyair muda asal Balige.
Dalam acara Tribute To Bokor Hutasuhut, penulis Budi Hutasuhut yang akan memperkenalkan karya dan kehidupan Bokor Hutahusut dengan teman bicara Eka Dalanta, dalam acara Tribute To Bokor Hutasuhut.
Masih bertema mulak tu bona, Martha Pardede akan memaparkan kekayaan folklor Batak setelah itu Penulis Hanna Rambe dipandu oleh Seiska Handayani, akan berbincang soal buku Mirah dari Banda (1983) dan sejarah rempah di sebelah barat Indonesia (Palembang, dll.)
Petang harinya, bertempat di Huta Batak yang eksotis, kita akan bersantai menikmati Balige di sore hari dengan mendengarkan para penulis emerging menunjukkan kepiawaian mereka dan membacakan karya sendiri.
Pada tanggal 28 Oktober, tempat akan dipusatkan di Damar Toba. Setengah hari tamu festival dapat mengikuti diskusi Kontribusi Pengarang Sumatera Utara dan Peran Sastra Koran dengan narasumber Raudal Tanjung Banua dan Idrus Pasaribu, dilanjutkan dengan sesi Stop Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan di Toba bersama Magdalena Sitorus, Parlin Sianipar -tokoh Toba yang sudah lima tahun membantu para korban kekerasan dan Diana Malau, diakonis yang juga bekerja untuk para korban kekerasan.
Festival ini menyajikan dua peluncuran dan diskusi buku. Yang pertama buku Enigma Pusa Indonesia akan menghadirkan tim penulis Hokky Situngkir, peneliti dan pendiri Bandung Fe, yaitu Kurnia Effendi, Siti Wulandari dan Vande L, akan berlangsung di Damar Toba. Kedua, peluncuran dan diskusi buku Balige akan menghadirkan para pemenang lomba puisi SMP dan SMA, berlokasi di Sopo Bontean Balige.
Malam harinya, di tempat yang sama, Bontean Balige, Marina Novianti akan menyajikan Story Telling Seribu Mimpi si Boru Pareme, dan pembacaan karya oleh penulis emerging.
BWF 2023 berterima kasih kepada Bupati dan seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Toba, Inalum, Wilmar Bisnis Indonesia, komunitas Ngobrol Buku, Museum TB Silalahi Center, Damar Toba, Tepi Danau Bistro, Yayasan Muliaraja, IAKN Tarutung, Hotel Labersa, Bank Sumut, Artics Co, Bandung Fe Institut, Perkumpulan Penulis Alinea, Indonesian Writers Inc., Mutiara Balige Hotel, Forum Peduli Pembangunan Toba, Del FM, Toba TV, dan para orang baik yang tidak dapat disebutkan yang telah mendukung kegiatan ini sejak awal.
Semoga tujuan festival menggairahkan pembacaan tentang wilayah Toba dan hadirnya ruang-ruang jumpa yang kreatif bagi para penulis, terbuka dan menemukan jalannya.
Selamat menikmati Festival. Terima kasih.
Panitia Balige Writers Festival
Kontak Media 08151653447